Minggu, 11 Januari 2015

meski sama, tapi berbeda.

Dua janin tumbuh dan lahir ke dunia. Dua kehidupan, dua nafas, dua nyawa. Kami di lahirkan untuk selalu bersama, sejak dalam kandungan, bahkan sampai sekarang kami pun selalu bersama. Entah itu kebetulan atau memang sudah dirancang oleh orang tua kami sedemikian rupa agar kami selalu bersama. Tapi aku yakin itu adalah takdir dari Alloh.

Tentang jodoh, kehidupan, kelahiran dan kematian. Semua orang tahu, bahkan anak seusia murid-muridku pun tahu bahwa itu semua sudah tertulis di buku kita masing-masing.
Sedari kecil aku diajarkan bagaimana meyakini takdir. Bahwa takdir dari setiap manusia itu tak ada yang sama, meski kita bersaudara sekalipun.
 

Iya, kami ditakdirkan untuk menjadi sepasang Saudara Kembar. Kami tumbuh ditengah keluarga yang bahagia, mempunyai kakak laki-laki dan ayah, ibu yang sangat sayang. Tapi tak mudah menjalani hidup seperti kami. Butuh perhatian, pengertian, material yang sama besar dari orang tua.

Mungkin sebagian orang mengangap bahwa takdir dari sepasang anak kembar harus selalu sama. Yaa, harus sama, dalam hal apapun. Itu juga yang ada dalam pemikiran orang tua kami. Mungkin dengan menyamakan apapaun yang harus kami miliki akan membuat kami bahagia.

Tapi apa kalian tau, aku selalu rapuh saat mendengar persamaan itu. Karena di kenyatannya kami berbeda. Seperti yang telah aku tulis tadi, "takdir dari setiap manusia itu berbeda, tak ada yang sama, meski kita bersaudara sekalipun."

Terkadang sulit memang menyatukan pemikiran kita dengan orang tua. Serba salah, kadang diam dikira kita setuju, menjelaskan dikira kita menentang. Padahal kita tau, melawan orang tua itu dosa. Aku bingung harus dari mana aku menjelaskannya. Menjelaskan bahwa jodoh, hidup dan mati itu cuma Alloh yang tau, mungkin sebenarnya mereka memang sudah tau, maksud mereka pun aku tau itu pasti baik. "Mereka ingin melihat kami si kembar bersanding dengan pasangan masing-masing di pelaminan bersamaan." Sungguh permintaan yang sampai sekarang masih membuatku sering galau. Bagaimana tidak, sampai sekarang pun aku masih belum berani berencana kapan mau menikah. Sedangkan kembaranku sekarang sudah bertunangan sejak April tahun lalu, mereka memang sudah lama berpacaran, hampir 6 tahun. Dan orang tua tunangannya sudah menginginkan pernikahan.
 
Meski seringkali Tuhan "membuat" takdir kita sama, tapi saat ini kita berbeda. Jika kamu sudah yakin dengan pilihanmu itu, melangkahlah dahulu, jangan kau hiraukan aku, meski akupun berat kau tinggalkan. Tapi pasti suatu saat nanti aku menyusulmu. Aku akan selalu mendoakan mu, aku percaya 'dia' akan selau membahagiakanmu, dan melindungimu. Dan selalu ingat, pilihanmu adalah tanggung-jawabmu. Untuk Ibuku, kami memang sama, tapi kami berbeda, ibu.